Saya tumbuh di Bali, di tengah keindahan yang makin hari makin tergerus oleh kenyataan pahit, sampah plastik ada di mana–mana. Pantai di dekat rumah saya kadang berubah menjadi alur arus sampah. Suatu kali, saya membaca berita tentang penyu yang mati dengan isi perut penuh plastik. Rasanya seperti ditampar, ingatan saya dibawa kembali pada setiap kesempatan berbelanja, saya sendiri masih sering menerima kantong plastik sekali pakai. Saya merasa bersalah, di satu sisi juga bingung, apa yang bisa saya lakukan?
Saya pernah berpikir, perubahan besar hanya bisa dilakukan oleh mereka yang punya kekuasaan atau modal besar. Ternyata, saya tidak sendiri dalam perjalanan ini. Di tengah keseharian, saya mulai menemukan bahwa sudah ada pelaku usaha yang lebih dulu mengambil langkah nyata. Mereka mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menyediakan opsi kemasan ramah lingkungan, dan mengajak konsumennya untuk ikut terlibat. Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa upaya berubah tidak hanya mungkin, tapi sudah terjadi, meski sering luput dari perhatian.
Over The Moon: Tempat Nongkrong Rasa Rumah, Berjiwa Lingkungan
Kunjungan saya ke kafe Over The Moon awalnya hanya diajak teman. Namun, begitu masuk, suasananya langsung terasa berbeda. Suasana yang saya rasakan itu hangat, bersahabat dan penuh dengan sentuhan personal. Yang membuat saya benar – benar terkesan, kafe ini sama sekali tidak menggunakan plastik.
Saya sempat ngobrol dengan salah satu staf, katanya mereka tergabung dalam Gerakan PlastikDetox dan berpegang pada nilai–nilai Tri Hita Karana. Tentu saja, nggak semua berjalan mulus. Banyak vendor masih ogah lepas dari plastik. Namun mereka jalan terus, dengan cara paling keren yaitu edukasi, advokasi, dan keteladanan.
Gelato Secrets: Sendok Kayu dan Misi GlobalLain waktu, saya mampir ke Gelato Secret buat ngadem di siang hari di tengah cuaca yang sangat panas di Bali. Gelato Secret merupakan tempat yang direkomendasikan oleh teman saya karena rasa gelatonya yang enak serta lokasinya yang berada di tengah kota Denpasar. Saya menemukan sebuah fakta menarik ketika gelato yang disajikan menggunakan paper cup dan sendok yang digunakan terbuat dari kayu. Lalu saya lihat, terdapat diskon yang diberikan bagi pelanggan yang membawa balik toples kacanya. Rasa gelatonya enak, tapi yang bikin saya betah adalah rasa hormat mereka pada bumi.
Saya sempat bertanya kepada kasir, katanya sejak lama mereka memakai pakai bahan lokal dari Bali. “Alam sudah kasih kita banyak, masa kita malah balas dengan limbah?” katanya sambil senyum. Saya cuma bisa mengangguk, sambil nahan rasa haru.
Satvika Bhoga: Toko sehat, Langkah Berani
Paling berkesan mungkin saat saya masuk ke Satvika Bhoga, toko sehat di Sanur itu orang–orang datang membawa tas kain sendiri, wadah kaca sendiri, bahkan ada yang pakai keranjang anyaman. Tidak ada plastik. Sama SEKALI.
Saya berbicara sebentar dengan penjaganya. Ternyata sejak awal berdiri, mereka mewajibkan pelanggan untuk membawa kantong belanja sendiri. Awalnya banyak pelanggan yang protes. Namun mereka tetap konsisten. Bahkan sampai mengajak supplier untuk mengirim barang pakai keranjang dan menerima kembali plastik bekas untuk dipakai ulang. Hebatnya, pendekatan ini membuat pelanggan makin loyal. Toko ini tidak hanya menjual makanan sehat, tetapi juga gaya hidup sehat untuk tubuh dan juga bumi.
Refleksi: Kalau Mereka Bisa, Kenapa Kita Nggak?
Sepulang dari kunjungan–kunjungan itu, saya duduk dan merenung. Tiga usaha dengan skala berbeda, visi berbeda, tapi mempunyai rasa peduli untuk bumi yang sama. Mereka tidak menunggu dunia berubah tetapi mereka mulai dari diri sendiri, dari hal kecil. Dan dampaknya nyata.
Kadang kita terlalu sibuk mencari solusi besar, sampai lupa bahwa perubahan itu bertumbuh dari niat sederhana. Dari mengganti sendok plastik ke kayu. Dari mengarahkan untuk pelanggan bawa wadah sendiri. Dari menolak sekali saja menerima plastik. Semua itu adalah LANGKAH.
Melihat konsistensi yang diberi unjuk oleh para pelaku usaha tersebut, saya kembali optimis. Perjalanan dalam memulihkan bumi ini tidak hanya dilakukan oleh segelintir orang, tetapi banyak bisnis yang juga peduli lingkungan bukan sekedar visi atau impian tetapi diterjemahkan langsung sebagai langkah bisnisnya. Hidup selaras dengan bumi bukan sekedar jargon, kita masih punya harapan.
Harapan saya, semangat ini bisa menular. Bukan hanya ke pelaku usaha lain, tetapi kepada seluruh lapisan masyarakat, kepada kita semua. Karena menjaga bumi bukan soal profesi, model, atau posisi, tetapi soal hati.
Yuk kita mulai! Dari langkah kecil.
Penulis: Patardo Zerubabel Williford Manurung
Editor: Kein Surung
Profil Penulis: Patardo Zerubabel Williford Manurung atau yang dikenal sebagai Tardo, adalah seorang lulusan S1 Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Udayana. Ia memiliki perhatian pada krisis sampah plastik, krisis air bersih, dan peningkatan permukaan laut. Sejak bulan Maret 2025, ia bergabung ke PlastikDetox sebagai seorang relawan dalam divisi Sosial Media